Lihatlah!
Itu adalah poster yang terpajang di studio. Cowok yang memiliki sorot mata
tidak biasa. Namanya Flame. Dia seorang model. Apa aku kenal padanya? Hmm...
mungkin. Akan kuceritakan seberapa jauh aku mengenalnya.
Aku
Jojo. Aku menyukai blits kamera, karena itu aku sangat menikmati menjadi model
majalah. Berawal dari obsesi orang tuaku yang menjadikanku model majalah sejak
aku masih bayi. Dan sekarang, ketika aku mulai masuk ke SMA, tawaran semakin
banyak menghampiriku.
Apa
kalian pikir aku cantik? Tidak. Aku tidak cantik, bahkan aku merasa biasa saja.
Tapi, mereka bilang, saat aku bertemu blits kamera, aku seperti diriku yang
lain. Ya, itu karena aku memang menyukai blits kamera.
“Ya...
tahan! Senyumnya tambah lebar. OK!” seru kameramen yang mengambil gambarku kali
ini.
“Tahan!”
“Gotcha!”
“Yosh!”
“Okey...
Good Job, Jo! Seperti biasa, kamu pasti maksimal.” Aku tersenyum puas melihat
hasilnya. Aku pun mengambil waktu istirahatku, berjalan keluar studio menuju
sebuah cafe di sekitar studio. Aku ingin cokelat panas, suasana akhir-akhir ini
begitu dingin.
Saat
jalan sepanjang trotoar itulah, aku bertemu seekor anak ayam berbulu kuning
sedang mondar-mandir. Aku mengambilnya dan memperhatikan, ternyata ada pita merah
di lehernya dengan tulisan nama ‘Boo’. Siapa pemiliknya? Aku menengok ke kanan
dan kekiri, tak terlihat ada yang sedang mencarinya. Boo masih saja
menjerit-jerit mencari pemiliknya.
“Permisi
Noona... Itu anak ayamku.” Ada seseorang yang menyapaku. Aku menengok ke
arahnya. Dia adalah seorang cowok berpakaian serba gelap dan memakai masker
kesehatan berwarna putih.
“Ah...
ini.” segera kuserahkan padanya karena aku tidak ingin berurusan dengan orang
asing. Boo dimasukkan ke sebuah sangkar burung kecil yang indah. Rasa heranku membuatku
secara reflek menatapnya. Mata sipit yang jarang sekali kutemui seakan
tersenyum ke arahku. Apa dia sedang tersenyum sekarang? Astaga! Aku teringat
sesuatu! Dia seperti?
“Jojo?”
dia bertanya padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar